Rabu, 21 September 2011

Senin, 12 September 2011

BERITA FOTO: Junior Science Fair 2011

Junior Science Fair (JSF) belangsung 11-12 September di JHCC, Senayan, Jakarta. Kegiatan untuk memperkenalkan kepada anak-anak mengenai sains ini, cukup digemari anak-anak dari beragam usia. JSF juga memperlihatkan bahwa sains bukanlah mata pelajaran yang menakutkan, tetapi bisa menyenangkan jika dikemas secara menarik.


Pengunjung tampak memenuhi Junior Science Fair


Salah satu gerai JSF dipernuhi pengunjung


Berantakan tidak apa-apa, yang penting anak-anak menikmati sains

Belajar, bermain dan mengkonsumsi, slrrruuup....

Serius memainkan alat peraga sains


Senang naik kereta di ajang JSF


Seorang ibu memperlihatkan kepada anak-anaknya bahwa sains itu menyenangkan


Presenter Avi Malik memberikan couching clinic kepada 'presenter cilik' di gerai Metro TV

Camera siap merekam calon presenter Metro TV


Presenter Metro TV Avi Malik memberikan pelatihan sebelum di rekam, 3, 2, 1, que...

Minggu, 11 September 2011

Catatan Sepakbola: Antara Riedl, Rijsbergen dan Bepe


"Pertemuan saya, Firman, Markus, Wolfgang dan Alfred sendiri lebih kepada ucapan perpisahan dalam kapasitas sebagai sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Dan apakah ada yg salah mengenai hal tersebut, saya rasa tidak.”







 JAKARTA – Judul tulisan ini bukanlah cinta segitiga seperti lazimnya di dunia sinetron. Ini adalah kisah pelatih tim nasional Indonesia Wim Risjbergen dan pendahulunya Alfred Riedl serta hubungannya dengan pemain senior sekaligus kapten timnas Bambang Pamungkas. Kisah tiga orang penting di Timnas Indonesia ini menarik untuk disimak pascakekalahan Tim Merah Putih dari Bahrain di ajang kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia.

Kondisi tidak hormonis kembali mencuat pasca kekalahan beruntun yang diterima tim nasional. Setelah sebelumnya dipermalukan Iran 0-3, Bambang Pamungkas dkk juga ditekuk Bahrain di depan publik senayan 0-2. Sebenarnya bara api ketidakhormisan itu sudah terlihat ketika PSSI secara sepihak memutuskan kerjasamanya dengan pelatih asal Austria, Alfred Riedl dan menggantinya dengan Pelatih PSM Makassar, Wim Rijsbergern. Banyak skuad Garuda yang mempertanyakan keputusan tersebut, namun hanya bisa menggerutu karena sudah menjadi putusan PSSI.

Riedl memang belum member gelar apapun untuk Indonesia, tapi penampilan impresif timnas di ajang AFF Cup sempat membuat pecinta sepakbola tanah air jatuh cinta kepada Tim Garuda. Tidak itu saja, para punggawa timnas mengaku senang dengan kondisi tim luar dalam, mereka pun sangat menghormati pelatih.

Setelah pergantian pelatih, para pemain timnas harus melupakan kekecewaannya dengan cepat. Tugas di depan mata sudah dekat karena Timnas harus bermain di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014 Brazil. Hasil cukup baik diperlihatkan saat timnas mampu menyingkirkan Turkmenistan di pra-kualfikasi. Namun setelah menjalani fase grup, kekurangan timnas justru semakin terlihat. Permainan cepat dari kaki ke kaki yang diperagakan Ahmad Bustomi dkk di ajang AFF, seperti tak terlihat. Permainan impresif melalui sayap kiri dan kanan pun meredup. Hal ini berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh timnas pada ajang ujicoba maupun ajang resmi. Puncaknya ketika dibungkam Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Semakin kecewannya, penonton sudah meninggalkan kursi ketika pertandingan memasuki menit 70. Sebagian yang bertahan di stadion membuat ulah dengan menyulut petasan.

Kondisi tidak harmonis ini diperparah dengan pernyataan pelatih Rijsbergen yang sepenuhnya menyalahkan pemain. Arsitek asal Belanda ini mengatakan tim yang ada sekarang bukan pemain pilihannya dan belum siap bermain di level internasional. Risjbergen seperti menggali kuburannya sendiri. Apalagi, sempat menyeruak kabar mantan pelatih PSM Makassar ini marah dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada saat jeda melawan Bahrain. 

Pemain pun bersikap reaktif. Kabarnya di malam yang sama, tujuh pemain bertekad tidak mau dipanggil timnas selama masih dilatih Rijsbergen. Isu makin panas setelah Kapten timnas Bambang Pamungkas, Firman Utina dan Markus Harisson bertemu dengan mantan Pelatih Timnas Riedl dan assistennya Wolfgang Pikal di Plasa Senayan hanya sehari setelah kekalahan tersebut.

courtesy @bepe20
 Bantahan Bepe
Setelah sempat heboh, Bepe, panggilan akrab Bambang Pamungkas, angkat bicara. Lewat laman pribadinya www.bambangpamungkas20.com, bepe mengatakan pertemuan dengan Riedl dan Pikal hanya silaturahmi biasa dan tidak ada kaitannya dengan gerakan pemboikotan pemain.

 "Pertemuan saya, Firman, Markus, Wolfgang dan Alfred sendiri lebih kepada ucapan perpisahan dalam kapasitas sebagai sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Dan apakah ada yg salah mengenai hal tersebut, saya rasa tidak. Jika dilihat dari waktu pertemuannya, mungkin memang sedikit kurang tepat, akan tetapi pada kenyataannya hanya pada hari itu saya mempunyai kesempatan untuk dapat bertemu dengan Alfred. Jika saya tidak melakukannya sore itu, mungkin saya tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada Alfred Riedl," kata Bepe.

Memang menarik mencermati hubungan antara Bepe dengan Riedl dan Rijsbergen. Dimasa Riedl, Bepe bukanlah pemain pilihan utama. Walaupun menyandang ban kapten, penyerang Persija ini harus rela duduk di bangku cadangan. Saat AFF Cup, Riedl lebih memilih duet Christian Gonzales dan Irfan Bachdim sebagai starter di lini depan. Namun demikian, Bepe sangat menghormati keputusan pelatih. Dalam bukunya yang berjudul “Bepe20, Ketika Jariku Menari” mengungkapkan, ia tetap respek dengan keputusan Riedl dan sangat menghargai profesionalisme sang pelatih.

Ketika Rijsbergen datang, keadaan berubah. Pelatih asal Belanda ini memang tetap mempertahankan Bambang sebagai kapten, namun kini menjadikannya starter. Walaupun posisinya bepe ditarik sedikit ke belakang Gonzales. Sebagai pemain, harusnya Bepe lebih senang dengan posisi sekarang. Sebagai salah satu pemain yang paling senior dan memakai ban kapten di lengan, sudah sepantasnya dia menjadi pilihan utama. Namun apakah itu yang terjadi? Saya menduga Bepe akan memilih jadi pemain cadangan dalam tim yang harmonis daripada menjadi pemain utama tapi di dalam tim kocar-kacir seperti sekarang.

Nah sekarang bola panas ada di PSSI. Tetap mempertahankan Rijsbergen dengan segala risikonya, atau menggantinya juga dengan resiko yang tidak kecil.

Go Garuda Go! Terbanglah Tinggi!  

Kamis, 08 September 2011

FIRMAN UTINA: KAMI SEPERTI ANAK AYAM KEHILANGAN INDUK


 "Membaca strategi Wim Rijsbergen ini rasanya sesulit mengeja nama belakang sang pelatih"
Indonesia Raya berkumandang di GBK

JAKARTA – Selasa (05/09) pukul 18.00, Stadion Utama Gelora Bung Karno di Senayan Jakarta, sudah penuh sesak. Stadion berkapasitas 80 ribu penonton yang dibangun pada tahun 60-an ini seakan mau roboh dengan gemuruh suara suporter menyemangati tim nasional Indonesia yang akan menjamu Bahrain. Laga kali ini adalah pertandingan ke-2 Tim Merah Putih di Grup E Pra-Piala Dunia 2014 zona Asia. Para suporter yang mayoritas mengenakan kaus merah, sepertinya sudah melupakan kekalahan Bambang pamungkas dkk tiga hari sebelumnya dari Iran 0-3 pada laga perdananya di Taheran.

Satu jam sebelum pertandingan, tribun VIP timur sudah penuh sesak. Saya hadir di VIP Timur sebagai penonton, karena sedang tidak menjalankan tugas sebagai jurnalis. Saya melirik ke kanan kiri, ternyata seluruh sisi stadion juga sudah padat, hanya tribun VVIP dan VIP Barat yang masih kosong karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi akan duduk di sana. 

Antusias suporter tuan rumah ternyata tidak berimbas ke lapangan. Entah mengapa, Tim Merah Putih seperti kekurangan tenaga menghadapi kokohnya tembok pertahanan Bahrain. Padahal gemuruh suara penonton di GBK cukup membuat para pemain Bahrain ciut. Bayangkan, jumlah penonton yang hadir di GBK sudah mencapai 11 persen penduduk di Negara Bahrain. Negara kecil di Teluk Persia ini hanya berpenduduk 700 ribu jiwa. Jadi mustahil rasanya Bahrain mendapat dukungan sebanyak di GBK jika menjadi tuan rumah.

Salah strategi?
Aroma kekalahan sebenarnya sudah tercium menjelang pertandingan. Setelah sama-sama menjalani laga perdana Grup E, Timnas Bahrain justru tiba di tanah air lebih dulu. Tim Bahrain tiba 2 hari sebelum pertandingan, sedangkan Bambang Pamungkas cs baru tiba sehari sebelum pertandingan. Alasan penerbangan dari Iran-Jakarta lebih sulit ketimbang Bahrain, memang bisa diterima kalau kita pergi mendadak. Tapi dengan jadwal yang sudah dirancang jauh hari, harusnya PSSI bisa mempersiapkan perjalanan lebih baik. 

Ketidakcermatan non teknis sepertinya diperburuk dengan strategi pelatih Wim Rijsbergen di lapangan hijau. Membaca strategi Rijsbergen ini rasanya sesulit mengeja nama belakang sang pelatih. Saya sulit mengerti ketika ia menempatkan Boas Solossa di sayap kanan, bukan sayap kiri atau penyerang tengah yang sering ia perankan di Persipura atau Timnas. Rasanya, menduetkan Christian Gonzales dengan Bambang Pamungkas juga bukan pilihan terbaik. Singkat kata Tim Garuda takluk di rumahnya sendiri dari Bahrain 0-2.

Menyalahkan pemain
 Seusai pertandingan, Rijsbergen kepada wartawan justru menyalahkan para pemain. Arsitek asal Belanda ini mengatakan para pemain merah putih tidak siap bermain di level internasional. Pemain pun merasa dikambinghitamkan. Wakil  Kapten Timnas Firman Utina di media social twitter sempat mengungkapkan perasaannya. “Saat sekarang kami bagaikan anak ayam yang ditinggalkan induknya,” ungkap Firman. 

 Selain itu, terungkap kabar bahwa Rijsbergen juga mengungkapkan kata-kata tidak layak di ruang ganti pemain saat jeda. Dengan lantang ia berteriak, “f*ck you all, apabila kalian tidak bermain baik di babak kedua saya akan tendang kalian semua dari tim ini" [If you don't play better in the second half I will kick all of you out.] Mantan pelatih Timnas Alfred Riedl menyayangkan hal ini. Kepada Goal.com, Riedl mengungkapkan kata-kata tersebut tidak pantas dikeluarkan seorang pelatih. Di Eropa, jika ada pelatih berkata-kata seperti itu bisa-bisa dia langsung dipecat atau dipukul pemainnya. 

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia harus bertanggung-jawab. PSSI yang menunjuk Rijsbergen secara tiba-tiba menggantikan Alfred Riedl. Alasannya, juga tidak jelas. Ketua PSSI yang baru terpilih saat itu, Djohar Arifin mengatakan tidak menemukan kontrak Riedl dan kabarnya kontraknya bukan dengan PSSI tapi dengan salah satu pengurus PSSI Nirwan D. Bakrie. Alasan ini langsung dibantah mantan Sekjen PSSI Nugraha Besoes. Ia menunjukkan kontrak PSSI dengan RIedl yang ditandatangani Nirwan sebagai Wakil Ketua Umum PSSI dengan kop surat  PSSI. Blunder pertama sang ketua umum. Ketidakjujuran memang harus ditutupi dengan kebohongan.

Pilihan yang penuh resiko kalau tidak bis dikatakan konyol!. Saat itu Timnas harus menjalani pra-kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia melawan Turkmenistan. Caretaker ditunjuk Rahmad Darmawan, sementara pelatih yang ditunjuk masih ada di negaranya, Belanda. Beruntung Rahmad buru-buru menyiapkan tim yang sebagian besar pemain di AFF Cup lalu. Tidak susah bagi Rahmad mengetahui kekuatan Firman Utina dkk, karena semua pemain ini dikenalnya secara baik saat melatih tim-tim besar Liga Indonesia seperti Persipura, Sriwijaya FC dan Persija. Jadi menurut saya keberhasilan Indonesia menyingkirkan Turkmenistan lebih kepada faktor Rahmad Darmawan bukan Wim Rijsbergen! 

Kualitas asli Rijsbergen yang pernah melatih klub eredivisie seperti FC Groningen dan NAC Breda bisa dilihat ketika Rahmad memilih mundur dari Timnas senior dan berkonsentrasi menangani Timnas U-23. Dalam 5 laga yang telah dijalani, Timnas menang 1 kali, 1 kali seri dan 3 kali kalah. Hanya bisa menang 4-1 di laga ujicoba melawan Palestina, Ditahan seri 1-1 pada laga ujicoba melawan Timnas U-23, kalah 0-1 dipertandingan persahabatan melawan Yordania, serta kalah dua kali di ajang resmi Pra Piala Dunia melawan Iran dan Bahrain.

Apakah perlu mengganti Rijsbergen saat ini? Sebaiknya PSSI jangan ceroboh dan membuat keputusan konyol lainnya. Harus dipertimbangkan secara matang mengingat jadwal timnas senior di Pra Piala Dunia. Sebaiknya PSSI memberikan Warning kepada pelatih pilihannya saat ini, sebelum mengetuk palu. Paling tidak hingga pertandingan melawan Qatar pada Hari 11 Oktober mendatang. Jika masih kalah dan kerap menyalahkan pemain, sebaiknya Rijsbergen angkat kaki saja. Bagi wartawan, lebih mudah mengeja nama Rahmad atau Riedl dibanding Rijsbergen. Saya yakin pemain juga begitu. 

Saran untuk PSSI, jangan langsung men-cap seseorang anti-reformis jika tidak mendukung keputusan yang diambil, apalagi keputusan yang ngawur. Jika kami tidak memilih warna putih, belum tentu kami hitam. Karena masih ada warna lainnya seperti merah atau hijau yang juga merupakan warna seragam tim nasional.

Salam,
Medo Maulianza   

Rabu, 07 September 2011

Si Cantik NAZARA

Berayun-ayun
lirik siapa?

senyum

aku Nazara....

Ikan, nih makan yang kenyang


Minal Aidin Walfaidzin, Maaf Lahir Batin

The Next Supermodel

ihhh...malu

Senyum

Melamun

ehm...enak

Malam Takbiran

Dhafin dan Kembang api







Takbiran dan Resiko Maut

Dhafin: Lihatlah kembang apiku

Awas, besok berlebaran di rumah sakit
Dug...dug...dug....

BEAUTY

my wife asni and my daughter nazara

Asni

Asni at MU Cafe, Paris van Java

Dhafin "The Next Berbatov"

The Next Berbatov

The next Berbatov Shoot the Ball

Kesibukan Pasar Ciputat Jelang Lebaran

Pasar Ciputat Menjelang Lebaran

Rezeki ketupat - Pasar Ciputat

temaram