Minggu, 11 September 2011

Catatan Sepakbola: Antara Riedl, Rijsbergen dan Bepe


"Pertemuan saya, Firman, Markus, Wolfgang dan Alfred sendiri lebih kepada ucapan perpisahan dalam kapasitas sebagai sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Dan apakah ada yg salah mengenai hal tersebut, saya rasa tidak.”







 JAKARTA – Judul tulisan ini bukanlah cinta segitiga seperti lazimnya di dunia sinetron. Ini adalah kisah pelatih tim nasional Indonesia Wim Risjbergen dan pendahulunya Alfred Riedl serta hubungannya dengan pemain senior sekaligus kapten timnas Bambang Pamungkas. Kisah tiga orang penting di Timnas Indonesia ini menarik untuk disimak pascakekalahan Tim Merah Putih dari Bahrain di ajang kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia.

Kondisi tidak hormonis kembali mencuat pasca kekalahan beruntun yang diterima tim nasional. Setelah sebelumnya dipermalukan Iran 0-3, Bambang Pamungkas dkk juga ditekuk Bahrain di depan publik senayan 0-2. Sebenarnya bara api ketidakhormisan itu sudah terlihat ketika PSSI secara sepihak memutuskan kerjasamanya dengan pelatih asal Austria, Alfred Riedl dan menggantinya dengan Pelatih PSM Makassar, Wim Rijsbergern. Banyak skuad Garuda yang mempertanyakan keputusan tersebut, namun hanya bisa menggerutu karena sudah menjadi putusan PSSI.

Riedl memang belum member gelar apapun untuk Indonesia, tapi penampilan impresif timnas di ajang AFF Cup sempat membuat pecinta sepakbola tanah air jatuh cinta kepada Tim Garuda. Tidak itu saja, para punggawa timnas mengaku senang dengan kondisi tim luar dalam, mereka pun sangat menghormati pelatih.

Setelah pergantian pelatih, para pemain timnas harus melupakan kekecewaannya dengan cepat. Tugas di depan mata sudah dekat karena Timnas harus bermain di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014 Brazil. Hasil cukup baik diperlihatkan saat timnas mampu menyingkirkan Turkmenistan di pra-kualfikasi. Namun setelah menjalani fase grup, kekurangan timnas justru semakin terlihat. Permainan cepat dari kaki ke kaki yang diperagakan Ahmad Bustomi dkk di ajang AFF, seperti tak terlihat. Permainan impresif melalui sayap kiri dan kanan pun meredup. Hal ini berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh timnas pada ajang ujicoba maupun ajang resmi. Puncaknya ketika dibungkam Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Semakin kecewannya, penonton sudah meninggalkan kursi ketika pertandingan memasuki menit 70. Sebagian yang bertahan di stadion membuat ulah dengan menyulut petasan.

Kondisi tidak harmonis ini diperparah dengan pernyataan pelatih Rijsbergen yang sepenuhnya menyalahkan pemain. Arsitek asal Belanda ini mengatakan tim yang ada sekarang bukan pemain pilihannya dan belum siap bermain di level internasional. Risjbergen seperti menggali kuburannya sendiri. Apalagi, sempat menyeruak kabar mantan pelatih PSM Makassar ini marah dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada saat jeda melawan Bahrain. 

Pemain pun bersikap reaktif. Kabarnya di malam yang sama, tujuh pemain bertekad tidak mau dipanggil timnas selama masih dilatih Rijsbergen. Isu makin panas setelah Kapten timnas Bambang Pamungkas, Firman Utina dan Markus Harisson bertemu dengan mantan Pelatih Timnas Riedl dan assistennya Wolfgang Pikal di Plasa Senayan hanya sehari setelah kekalahan tersebut.

courtesy @bepe20
 Bantahan Bepe
Setelah sempat heboh, Bepe, panggilan akrab Bambang Pamungkas, angkat bicara. Lewat laman pribadinya www.bambangpamungkas20.com, bepe mengatakan pertemuan dengan Riedl dan Pikal hanya silaturahmi biasa dan tidak ada kaitannya dengan gerakan pemboikotan pemain.

 "Pertemuan saya, Firman, Markus, Wolfgang dan Alfred sendiri lebih kepada ucapan perpisahan dalam kapasitas sebagai sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Dan apakah ada yg salah mengenai hal tersebut, saya rasa tidak. Jika dilihat dari waktu pertemuannya, mungkin memang sedikit kurang tepat, akan tetapi pada kenyataannya hanya pada hari itu saya mempunyai kesempatan untuk dapat bertemu dengan Alfred. Jika saya tidak melakukannya sore itu, mungkin saya tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada Alfred Riedl," kata Bepe.

Memang menarik mencermati hubungan antara Bepe dengan Riedl dan Rijsbergen. Dimasa Riedl, Bepe bukanlah pemain pilihan utama. Walaupun menyandang ban kapten, penyerang Persija ini harus rela duduk di bangku cadangan. Saat AFF Cup, Riedl lebih memilih duet Christian Gonzales dan Irfan Bachdim sebagai starter di lini depan. Namun demikian, Bepe sangat menghormati keputusan pelatih. Dalam bukunya yang berjudul “Bepe20, Ketika Jariku Menari” mengungkapkan, ia tetap respek dengan keputusan Riedl dan sangat menghargai profesionalisme sang pelatih.

Ketika Rijsbergen datang, keadaan berubah. Pelatih asal Belanda ini memang tetap mempertahankan Bambang sebagai kapten, namun kini menjadikannya starter. Walaupun posisinya bepe ditarik sedikit ke belakang Gonzales. Sebagai pemain, harusnya Bepe lebih senang dengan posisi sekarang. Sebagai salah satu pemain yang paling senior dan memakai ban kapten di lengan, sudah sepantasnya dia menjadi pilihan utama. Namun apakah itu yang terjadi? Saya menduga Bepe akan memilih jadi pemain cadangan dalam tim yang harmonis daripada menjadi pemain utama tapi di dalam tim kocar-kacir seperti sekarang.

Nah sekarang bola panas ada di PSSI. Tetap mempertahankan Rijsbergen dengan segala risikonya, atau menggantinya juga dengan resiko yang tidak kecil.

Go Garuda Go! Terbanglah Tinggi!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar